dari sudut pandangku menatap mereka
tak dapat lagi kuungkap kata kata
dari intrinsik jiwaku bersamanya
tanganku menari menulis sajak sederhana
kucari cari..
kupikir pikir...
kutemukan nilai nilai pada mereka
kurakit lagi..
kurajut lagi...
kurangkum dalam sebuah memori
setelah otakku berdiskusi
tanganku berteriak ingin presentasi
dalam notulen kertas ini
kutulis sebuah opini
keluargaku tercinta..
telah melukiskan catatan kaki
kadang senang, kadang perih
namun semua terjejak dalam hati
hanya sebuah essai mini
yang dapat kutuliskan bagai resensi
keluarga..
mereka adalah segalanya..
mereka sepenggal jiwa..
mereka yang buatku merasa ada..
dengan argumen yang tak terhingga
bagai lampiran daftar pustaka
aku rela berikan semua hidupku untuk mereka
bagian dari retorika jiwa
hanya puisi
dan sajak kata
bukan lagi
sandiwara drama
hatiku ingin berbicara
"Ya Robbi, aku bersyukur mempunyai keluarga yang terbaik untukku."
jiwaku teriak beretorika
"Ya ALLAH.. lindungilah, satukanlah keluargaku, hingga ujung waktuku.."
biarkanlah aku yang meninggalkan mereka
jangan biarkan mereka meninggalkan aku
berikanlah yang terbaik untuk mereka
jangan berikan kegelapan dalam cahaya keluarga
merajut memori
yang terukir dalam hati
Selasa, 21 Juli 2009
puisi 4 = keluarga retorika jiwa
Diposting oleh Moeth_Moury di 07.17
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
jago banget bikin puisi dek.. ckckck
Posting Komentar