BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 25 September 2010

Terlambat

Terlambat!
by Mutiara Hikma Mahendradatta Full on Tuesday, January 5, 2010 at 2:21pm
Terlambat !

Diary Monalisa,

Sejenak aku menghela nafas seusai membaca buku motivasi Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung. Fyuh.. Hanya gelengan kepala dan decakan kagum setelah aku baca isinya. Dari sisi kepenulisan yang terbersit dipikiranku bukan lagi pertanyaan linier
“Dapatkah aku menjadi sosok Parlindung?” “Kapan ya aku bisa buat buku kisah inspiratif seperti dia?” “Mungkin gak ya aku bisa jadi orang besar kayak kisahnya?”
tapi kini dihatiku aku mantap untuk mengatakan
“Aku bisa menjadi sosoknya! Penulis yang fenomenal! Ya! Aku bisa! Dan lihat saja nanti! Aku akan berusaha dan berusaha menjadi penulis!”
Motivasi yang sungguh menggelora di dalam dadaku.. hati ini menyanyi jedak jeduk ala lagu Garuda Di Dadaku-Netral.. X)
Membaca itu membuka, Berbicara itu berbagi, Dan mendengarkan itu peduli, bagiku.
Membuka, berbagi, dan peduli. Membuka, berbagi, dan peduli. Membuka, berbagi, dan peduli.
Tiga kali kuucapkan dalam bibir merahku yang membuat mataku tertarik pejam..
Sekarang adalah pembuktian bagaimana kita peduli.. bagaimana kita membuka hati dan bagaimana kita berbagi..

Pernah saat itu.
Saat hari aku menyibukkanku dengan segala urusan dunia yang melenakanku. Seseorang yang mungkin ingin sekali bertemu denganku bertanya kapan aku ada waktu untuknya. Dengan jawaban sekedarnya dalam pesan singkat aku berkata
“Maaf, minggu ini aku tidak bisa.”
“Ada apa? Aku hanya ingin sekali saja bertemu. Aku ingin bicara padamu.”
“Ada yang penting? Bagaimana jika aku telpon kamu saja? Atau mungkin sms saja.”
“Tidak! Itu tidak cukup. Aku memang tak ada keperluan denganmu tapi apa salahnya aku bertemu denganmu untuk sekedar bercengkrama.”
“Maaf, jika kau tak ada perlu mungkin itu buang waktuku saja. Disini ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar basa basi saja kawan.” Jawabku sedikit jengkel.
“Kenapa? Kau kerja lagi? Memang Dapat uang berapa?Haha. Dasar kau gila kerja!” tanyanya
“Apa urusanmu. Sudah maaf, aku sibuk. Jika kau ada perlu hubungi aku saja. Terimakasih. Wassalamualaikum.” Aku langsung menutup pembicaraan di sms itu.
“Haha.. aku tau. Kau kerja dengan mengatas namakan hobimu itukan? Hanya 50 ribu sehari? Bagaimana jika aku membayarmu 100 ribu untuk bertemu denganmu setengah hari saja? Itu sudah cukup buatku.”

Gila! Memang aku matre!? Hatiku tak karuan. Kubuang HPku setelah membaca smsnya.
Aku sudah tak bisa konsentrasi lagi. Aku terbawa emosi. Pikiranku tak focus dan aku mencoba untuk mengambil wudhu dan sholat.

Seminggu kemudian setelah aku menyelesaikan semua acaraku saat itu.
Aku pergi ke rumahnya dengan membawakan kue kesukaannya.
Sesampai di depan rumahnya, ada orang asing yang menyapaku..
“Cari siapa mbak?”
“Cari Sani, Bu..”
“O.. Sani sudah pergi ke Banjarmasin kemarin..”
“Apa?? Ada acara apa bu dia kesana?”
“Lhoh, sekarang dia sudah tidak tinggal di sini mbak. Saya Tetangganya, Ibunya Sani menitipkan rumahnya pada saya. Ersa dan keluarganya pindah ke Banjarmasin.”
Aku terdiam dan langsung cap cus pulang ke rumah.. di perjalanan aku hanya melamun.. dan menyesal..

Terlambat!
Gobloknya aku! Menyalahkan diri rasanya sudah basi. Aku tak tahu lagi harus bagaimana.
Sesampainya di rumah aku hanya menatap sms smsnya. Aku mencoba telepon namun tak diangkat. Aku bingung. Aku menyesal. Bahkan menangis.
Terlambat!
Aku terus menghubunginya. Hingga ia menjawabnya..
“San, kamu.. kenapa kamu gak bilang mau pindah? Kenapa kamu gak terus terang aja? Aku bakal ngasih waktuku semua buat kamu,San..”
“Emang kamu peduli denganku,Mon?”
“….”
“Diam? Nangis? Cengeng kamu. Mon! Aku sayang kamu Mona.. aku gak akan bilang kalo aku pindah karena aku tau kamu gak akan mau ketemu aku nanti saat perpisahan. Bukankah kamu takut ditinggalkan? Iya kan? Kamu benci perpisahan bukan?”
“San…..”
“Kenapa? Masih salah? Bahkan aku berani membayar harimu,Mon! Kamu terlalu terlena dengan duniamu. Kau tak pernah peduli. Bahkan dengan Sahabatmu sendiri. Aku suka dengan sifatmu yang selalu membagi rejeki pada kami. Tapi itu tak cukup Mon.. Kami sayang kamu. Kami butuh kamu.. Sekarang hanya aku yang meninggalkanmu. Lalu bagaimana saat semuanya perlahan meninggalkanmu? Aku tau kau punya ribuan teman.. Tapi itu hanya kuantitas saja Mon.. Tak ada rasa kawan yang kualitas.. Karena kamu lah yang membuatnya sendiri.”
“Aku sayang kamu, San..”
“Iya aku juga,Mon.. Maafkan aku tak jujur padamu.”
“Aku yang seharusnya minta maaf.. aku yang salah.. aku yang bego.. aku yang..” (belum selesai)
“Sudah.. aku tak perlu penyalahan diri darimu.. Yang aku inginkan sekarang hanya sebuah pembuktian.. Aku ingin kau dan aku tetap satu.. menjaga komunikasi jarak jauh.. hanya itu.”
“San..”
“Apa?”
“Aku.. sebulan yang lalu berjanji pada diriku sendiri, gaji ini akan kugunakan untuk membelikan seragam adikmu. Jadi kau tak perlu lagi kebingungan untuk meminjam uang padaku atau orang-orang. Dan aku tak ingin kau pergi hanya untuk meninggalkan sahabat-sahabat yang terus mencintaimu di sini.”
“Tidak, mungkin ini memang jalanku. Aku sudah bulat untuk ikut orangtuaku di sini. Aku tak mungkin lagi harus mengeluh karena hidupku. Aku juga sayang kalian.. Aku sayang kamu Mon.. dan aku juga tak dapat jauh dari kamu.. Realita memang menyakitkan.. Tapi aku akan ikhlas dengan kepergianku jika kau juga mau ikhlas untuk melepasku di sini.”



regrads,
_andromeda kanginan_

0 komentar: